Pebisnis atau Pedaggang
Tidak Bekerja Sendirian Seorang pedagang biasanya bekerja seorang diri atau jika memiliki pegawai, pegawai tersebut hanya membantu kegiatan penjualan atau produksi semata. Bukan membantu, untuk pengembangan usaha. Sedangkan seorang pebisnis, mereka akan membentuk organisasi dan merekrut orang-orang profesional untuk mengembangkan bisnisnya. Bahkan, mereka melakukan go public dengan melakukan IPO di lantai bursa.
Ayo simak cara Bisnis Bos Mardigu dalam : Buku MILLIONAIRE MINDSET VOL. 01
Hal - 1 - 4
Pak bisa saya telp? Ada hal yang harus di putuskan segera besok pak. Ini
adalah sms pesan yang masuk jam 12 malam dari salah satu manajer di lapangan. Saya agak heran mengapa saya yang dia kabari. Karena secara
struktur perusahaan ini adalah cucu perusahaan kami.
Saya bukan direksi, bukan komisaris di perusahaan tersebut. Maka katakata “diputuskan” adalah pekerjaan eksekutif. Saya lama memikirkan kalimat apa yang saya akan tulis untuk membalasnya hingga terbersit ide saya pun menulis. Sudah hubungi direksi? Di jawab cepat. Ketiga direksi sudah kami
kabari via sms karena sudah malam. Sejak 1 jam yang lalu tidak ada balasan pak.
Tanpa jeda begitu membaca balasan sms tersebut saya yang menelfon
manajer tersebut. Yang di sapa dengan perkataan maaf pak menganggu
bapak malam-malam. Karena direksi tidak respond, saya tidak tau mau tanya
kemana saya tanya bapak saja.
Memang dalam hati saya juga berkata sama. Mengapa 3 direksi tidak menjawab, setidaknya salah satu saja. Apakah jam 11 malam sudah pada
istirahat. Atau memang sebuah ketidak perdulian. Karena mereka adalah direksi dari perusahaan yang running 247. 24 jam 7 hari seminggu. tidak ada
hari libur. Jadi mereka tahu bahwa mereka pasti akan mendapat sebuah
informasi di saat yang tidak umum. Seperti malam ini.
Dalam hati saya akan tegor mereka besok, yang penting urusan dengan
manajer ini jelas dan bisa menyelesaikan apa yang menjadi kegelisahanya
sehingga menghubungi saya malam-malam. Saya sebenarnya sudah tidur.
Namun bunyi sms selalu bisa membuat saya terbangun, Karena jarang
yang berkomunikasi dengan saya di atas jam 8 malam, kecuali penting.
Apa yang bisa saya bantu? Saya pun memerlukan kepastian
Begini pak. Ada perusahaan yang akan menggunakan jasa kita, tapi sarana
dan prasarana kita tidak cukup. Apakah tetap kita harus ambil? Saat ini kamar hotel kita 94, sudah ada kontrak 80 ada 14 tersisa. Sementara ada yang minta 40 kamar lagi untuk kontrak 1 tahun. Harga bagus pak. Jika di banding dengan perusahaan yang pertama yang mengontrak kita maka harga ini lebih baik. Tapi kamar kurang pak.
Mereka perlu mengambil keputusan besok pagi dalam rapat pagi jam 10.
Sementara saya tidak bisa buat keputusan apakah kita ambil atau tidak.
Saya tahu kamar kita kurang karena itu saya minta masukan dari direksi.
Saya merenung mencari solusi. Bagi saya ini adalah peluang. Saya tahu
kurang kamar. Namun peluang adalah peluang. Saya bertanya kepada
manajer tersebut. Kamar yang 33 yang di kontrak perusahaan yang paling
murah harganya bisa tidak di pindahin?
Pindahin bagaimana pak? Pasti tidak mereka pak? Kamu cariin rumah yang bagus untuk saya sewa. Mereka khan yang penting sarana sama dengan hotel atau lebih baik. Lalu fasilitasnya kita sama kan dengan hotel. Cari dulu segera, dan kabari saya jam 7 pagi besok. Secara kalkulasi cari 3-5 rumah besar yang akan saya buat guess house. Urusan dengan perusahaan tersebut besok saya bicara dengan direksi mereka, atau dengan pimpinan mereka. Yang penting semua puas.
Kalau kepuasan tidak di dapat sebaiknya kita tidak ambil order yang baru, pertahankan yang ada. Namun kalau ada sarana tersebut, dan 33 orang tersebut sepakat, kita ambil kontrak perusahaan yang baru. Jadi okupansi hotel kita bisa 140%!
Manajer di sisi seberang telepon hanya bisa diam saja. Dia berkata pak ini
ide gila. Bukan hanya sulit di kerjakan tapi nyaris tidak masuk akal. Tapi
saya dan team berani mencoba. Baik pak saya kabari jam 7 pagi pak.
Saya sebar anak-anak malam ini juga. Terima kasih pak, selamat malam. Maaf sudah ganggu malam-malam tapi ini salah satu solusi yang bisa di kerjakan.
Tutupnya telepon tidak serta merta membuat mata saya tertutup untuk tidur.
Pikiran saya masih terngiang ngiang atas sebuah pertanyaan, ini 3 direksi
memang masuk kategori bukan pebisnis jangan-jangan. Yang saya perhatikan hanyalah 2 dari 3 direksi adalah anaknya mitra saya alias, anak owner.
Keesokan harinya, saya menyempatkan bertanya kepada dua direksi. Pertanyaan umum. Bagaimana perusahaan sejauh ini berjalan?
Saya bertanya karena mereka baru 2 bulan menjadi direksi, menggantikan
direksi lama. Mereka menjawab, kas flow tidak bagus pak. Bulan ini direksi tidak gajihan. Holding tidak punya uang untuk mendrop ke kami.
Saya bertanya lagi, asset kalian sekian dan hutang bank hanya 30% nya.
Mengapa tidak di maksimumkan? Saya berkata demikian. Sebelum mereka
menjawab saya teruskan, jangan mentang-mentang sekarang sales nya
kurang, revenue kurang terus kalian bilang bank tidak mau membiayai.
Itu teori kuno. Itu teori yang tidak salah tapi jangan terpaku pada hal itu.
Sengaja saya potong dengan kalimat tersebut karena saya tahu sekali stake
holder dan pembisik mereka adalah orang yang sangat “turnover” oriented.
Dan tidak mau berubah pendapatan tersebut bahkan mempengaruhi share
holder lain akan pendapat mereka. Sehingga 2 direksi di hadapan saya sangat terbatas pola pandangnya, karena di kotakan. Dan saya adalah “rebel” yang memaksa mereka mel.ihat dari sisi lain.
Selama pinjaman itu untuk sesuatu yang produktif. Hajar boleh. Berani dong.
Lalu, mereka berkata, sebenarnya pak, kami ini belum terlalu faham dunia property.
Pernyataan ini membuat saya menatap kedua orang di depan saya lama sebelum saya bertanya, pak, bisa berenang tidak?
Di jawab, saya tidak bisa.
Pesan saya, kalau kecebur ke air, di pantai, dilaut atau di kolam renang.
Pesan saya satu, jangan pernah berhenti bergerak. Terus saja bergerak kesana kemari. Pasti kepala akan berada di atas air dan kamu bisa tetap bernafas.
Namun begitu berhenti bergerak, kamu pasti tenggelam.
Begitu juga bisnis. Seklai kamu diam saja. Kamu tenggelam. Walau kamu tidak tau apa itu property. Terus saja bergerak. Apa saja. Datangin sales property, datangi kontraktor, ketemu dan diskusi dengan banyak pemain property. Apapun lakukan. Jangan diam saja. Hanya ngutak ngatik
pembukuan, nyuruh anak buah, jangan. Kalian yang bergerak. Kalian yang
melakukan inti pergerakan.
Ingat pendiri utama perusahaan holding kita di tahun 1978 dulu, sewaktu
membangun organisasi kita. Apakah mereka semua pakar, ahli, professional
atau pengusaha oil dan gas? Bukan, mereka adalah orang yang tidak berhenti bergerak, mencoba, ribuan kegagalan sudah dilakukan, kerena itu 35 tahun kemudian mereka di sebut, ahli. # May peace be upon us
Repost : 11 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar